**Waktu dan Tangga**
By Gusnawaty
Dalam rentang detik, menit,
kita berjalan,
Langkah demi langkah,
biasa saja,
di bawah langit yang sama.
Waktu, seperti sungai,
mengalir tanpa henti,
Membawa mimpi dan harap,
Pada puing tepi yang megap.
Setiap detik masih melangkah biasa,
tetapi berharap naik tangga,
Berharap jenjang yang lebih tinggi,
Pada harapan peluk kasih Illahi.
Apakah mungkin, tanya hati, melompati ruang yang ada,
Mengubah waktu yang terbuang, menjejak tangga menuju puncak cita?
Ah, waktu,
mengapa engkau berlalu sia-sia?
Dimana maknamu?
Ah leha-leha masih saja menggoda,
di tengah senyum manis
yang membuat lupa.
Ya Allah, ya Rabbi..
Hanya padamu kembali segalanya
Hanya Engkau ya Allah
Yang dapat mengubah kerikil
jadi tangga,
membawaku terbang tinggi
Hanya Kasih-Mu
yang mampu membebaskan,
Dari belenggu masa
yang terbuang sia-sia,
Jangan tunda lagi,
Jangan leha lagi
waktu terus berdetak,
Setiap detik adalah kesempatan,
untuk memperbaiki dan bertindak.
Dengan Rahmat-Nya, kita bangkit tertatih merengkuh KasihNya
Tergugu dalam nikmatNya
HaribaanNya….
Makassar, 24 Maret 2024-
FB: gusnawatyanwar
Twitter: gusnawaty@MsCapricapri
**Time and the Staircase**
By Gusnawaty
In the span of seconds, minutes,
we tread,
Step by step,
merely ordinary,
underneath the selfsame sky.
Time, akin to a river,
ceaselessly flows,
Carrying dreams and hope,
Towards the vast ruins at the edge.
Each second still steps ordinarily,
yet harbors hopes to ascend the staircase,
Yearning for a loftier tier,
In hopes of embracing Divine love.
"Is it possible," the heart inquires,
"to leap over the space that lies before us,
To transform time squandered,
into a staircase leading to our dreams' summit?"
Ah, time,
why do you pass in vain?
Where lies your meaning?
Alas, idleness still tempts,
amidst sweet smiles
that beget forgetfulness.
Oh Allah, my Lord...
To You, everything returns
Only You, oh Allah,
Can transform pebbles
into a staircase,
lifting me aloft.
Makassar, 28th March 2024
-
Perbatasan
Merah menyilau pasti
Tanda jangan berlalu
Hijau sejuk dingin
Silah jalan jadi suluh
Jejakmu kerlap kerlip pada alam
Takluk pasti pada seruan
Rintihan deru bumi menyelam
Jiwa menangis dalam keluh
Aku tahu
Kamu tahu
Takdir takluk
Sabarlah kalbuku
Sabarlah rintihku
Saat kelap kelip berganti warna
Jangan ragu melangkah
Berlarilah sampai tujuan
Kencangmu menjadi semangat jiwa
Pada hari penentuan
Kita bersama dalam pelukNya
Makassar, 25 Maret 2024
Gusnawaty-
Tentang Ibu kawan
Ini cerita tentang ibu kawan
Bagaimana mungkin engkau berkata sayang kepada ibumu sementara senyum pagi pun engkau tak berikan
Engkau berjalan seakan engkau ada sendiri
Dimana angin pagi membawamu
Dimana bintang-bintang menyinarimu
Dimana asamu kamu labuhkan?
Ketika kamu berkata kamu memiliki ibu,
Cinta mu harus tidak melayang di udara
Cinta dan ibu adalah pelabuhan akhir yang tak pernah sepi
Semua berawal dan berakhir di sana..
Ibu… muara yang selalu hangat
Demi malam yang menyelimuti
Demi gunung yang mengokohkan
Jangan pernah acuh padanya
Dia yang ada hanya untukmu
Demi bahagiamu
Dia bertahan dalam rintihnya yang rapuh
Makassar 7 Januari 2020
Gusnawaty
-
Sendiri
Kuharap engkau tidak bicara Sendiri padaku
Engkau tahu kan aku takut sendiri
Jangan bicara Sepi kepadaku
Engkau tahu aku nanar merinding
Aku masih ingat ketika datang sendiri
Aku mencoba meraih asa dengan tangis nan sesal
Engkau jangan pernah coba nyinyir
Sebab akupun tak ingin mencibir
Kemana aku menghadap
Yang kulihat adalah sendiri
Tak ada kuasa tak ada penolong
Hanya sendiri
Seperti ketika datang
Pulang hanya kepadaNya
sendiri saja
GG
140123-
Sastra bicara gairah
Bicara cinta,
Bicara selingkuh
Bicara patah hati dan
Bicara lainnya
Lalu kenapa tersimggung?
Sastra bicara jiwa
Bicara pedih
Bicara semangat
Bicara kegelapan
Lalu kenapa marah?
Aku tepekur
Aku diam
Aku tersenyum
Ketika jiwa luka
Ketika hati merana
Ketika semua diam
Kugores duka pada dinding karang
Gelora ombak tak juga paham
Sepi pun terpana
Aku tersedu….!
Makassar, 14 Nop 2022
GM-
Rindu sedikit tak mengapa
Cinta sedikit tak mengapa
Selama hayal masih milikku
Dirimu seutuhnya untukku-
Cinta itu membiarkan Anda tumbuh dan meraih bintang tertinggi
-
Perpisahan
By: Gusnawaty Muntaha
Semilir angin mengalir pelan dalam diam
Dedaunan berbisik sendu dalam hening
Riap rintik menetes pelan dalam kelam
Saatnya iringan sua membelah sisian ringkih
Puja-puji melantum iringan
Melepas nestapa dalam enggan
Engkau diam berpasrah pada garis waktu
Senyap senyum ketuk patuh
Ooooh waktu
Engkau mencabik asaku dalam pelukan maut
Tak rela jiwa melepas rengkuh kasih abadi
Hidup dalam garis jiwa tak kenal menyerah
Kupatuh pada takdir waktu yang mencabit pasti
Pada Qada dan Qadar Illahi Rabbi
Laa haula wa laa quwwata illah billah
Kubersujud kepadaMu ya Allah pasrah dalam naunganMu
Engkau Maha Kuasa,
Engkau Maha Kasih,
Engkau Maha Pengampun
Makassar, 31 Okt 2021
-